Matematika Baru

Pasca peluncuran Sputnik tahun 1957, masyarakat Amerika mulai tersadar akan fakta bahwa dunia ini bertumpu pada ilmu, dan salah satu landasan bagi kemajuan ilmu tersebut adalah matematika. Program ekperimental matematika yang telah dimulai sejak tahun 1952, mulai mendapat perhatian serius. Pola pengajaran dengan cara hapalan, secara perlahan digantikan dengan pendekatan ala Socrates, yakni teknik pengajaran dengan cara bertanya, hingga murid ajarlah yang mencari jalan untuk menemukan jawaban, bukan sebaliknya.
Hasil dari program baru tersebut memperlihatkan hasil yang mencengangkan. Salah seoarng guru di Sekolah Dasar Kolese Hunter berkata bahwa muridnya di kelas dua tak mau melewatkan pelajaran matematika barang sehari pun. Implikasi dari perubahan ini juga dirasakn oleh Dr. Paul C. Rosenbloom, profesor dari Universitas Minesota, yang mengungkapkan pada tahun 1960-an terjadi luapan gairah mendalami mata pelajaran pokok matematika dan mahasiswa yang masuk universitas memiliki bekal pengertian lebih mendalam dibandingkan para pendahulunya tentang matematika.

Pola pengaajaran matematika baru tersebut mengenalkan visualisasi-visualisasi dari matematika, yang tidak melulu angka. Pencarian faktor misalnya, diperkenalkan dengan menggunakan balok, masing-masing untuk x^2 dan y^2. Misalkan x=7 dan y=4, sehingga masing masing balok untuk x^2 dan y^2 adalah 49 satuan persegi dan 16 satuan persegi. Bujur sangkar balok ini dapat menjelaskan faktor aljabar dari x^2-y^2. Jika balok y^2 ditata di atas balok x^2, maka dengan menyusun sisa balok x^2, kita dapat melihat bidang yang tersisa adalah (x+y) dan (x-y).

Pendekatan revolusioner yang menempatkan matematika seperti sebuah permainan tersebut selain mendapat pujian, juga menuai kritik. Para orangtua yang tergabung dalam POMG mengutarakan keraguan bahwa anak-anak tidak dibekali kemampuan menangani soal aritmatika sederhana dalam kehidupan nyata. Kelemahan lain dari sistem ini adalah tiadanya pengajar yang cakap.

No comments: