Dalam pemodelan, baik menggunakan statistika, sistem dinamik, ataupun perangkat lainnya, peramalan (forecasting) merupakan salah satu bagian yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Hal serupa juga cukup dominan ketika mempelajari ekonomi, yaitu mengamati elemen-elemen yang diagregasikan sehingga menghasilkan pola tertentu. Peramalan ini cukup beragam melibatkan pendekatan linier dan non-linier. Namun sebagaimana kata peramalan, senantiasa ada unsur-unsur eksternal yang menyebabkan probabilitasnya tidak mencapai 100%. Dalam ramal meramal yang tidak mampu memberi kepastian ini, besarnya probabilitas dan asumsi-asumsi menjadi fokus. Begitupula dalam meramalkan negara yang akan menjadi penguasa pada di abad ke 21. Mungkinkah bisa menggunakan ekstrapolasi, selanjutnya indikator-indikator apa saja yang harus digunakan?
Dalam artikel di Business Week, edisi 2 Juli 2007, ekstrapolasi linier menunjukan China dan India, dengan angka pertumbuhan yang tinggi akan menyusul Amerika Serikat. Di sisi lain, Amerika memiliki keunggulan kompetitif yang meliputi pengusaha cemerlang, lapar, investor yang bersemangat, dan memiliki sistem adaptasi yang baik. Hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengkonversi keadaan yang ada di Amerika (intangible assets) dengan angka pertumbuhan China dan India?
Pada masa Orde Baru, angka pertumbuhan Indonesia juga cukup tinggi. Hanya saja, pertumbuhan ini tidak diimbangi oleh fondasi kokoh sehingga ketika harga minyak dunia naik pada tahun 1997, angka perekonomian Indonesia kolaps. Bagaimana sistem ekonomi menjelaskan hal ini?
No comments:
Post a Comment